Sabtu, 12 Mei 2018

DIBALIK CERITA JEMBATAN AMPERA

DIBALIK CERITA JEMBATAN AMPERA
(Jembatan Musi /Proyek Musi /Jembatan Bung Karno /Jembatan Ampera /Jeramba Proyek)

“Yang penting bagaimana agar rakyat Palembang mampu mendapatkan kebanggaannya sekaligus meningkatkan kesejahteraannya lewat pembangunan Jembatan ini". (Bung Karno: 1959).


Dapat dipastikan bahwa Jembatan Ampera adalah jembatan kebanggaan seluruh masyarakat Sumatera Selatan. Namun sayang, masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui bahwa banyak "cerita cinta" di baliknya.

Ide untuk menyatukan dua daratan di Kota Palembang ”Seberang Ulu dan Seberang Ilir” dengan jembatan, sebetulnya sudah ada sejak zaman Gemeente Palembang, tahun 1906. Saat jabatan Walikota Palembang dijabat Le Cocq de Ville, tahun 1924, ide ini kembali mencuat dan dilakukan banyak usaha untuk merealisasikannya. Namun, sampai Belanda hengkang dari Indonesia, proyek itu tidak pernah terealisasi.

Pasca kemerdekaan, gagasan itu kembali mencuat. Pada tahun 1956, DPRD Peralihan Kota Besar dan Walikota Palembang kembali menetapkan usulan "JEMBATAN MUSI". Mengingat keuangan Palembang pada saat itu masih terbatas, dibentuklah tim yang terdiri dari Walikota Palembang, Gubernur Sumatera Selatan dan Pangdam Sriwijaya untuk menyampaikan usulan tersebut kepada Presiden Soekarno.

Usaha ini akhirnya membuahkan hasil, Presiden Soekarno menyetujui sekaligus menjamin para tokoh Sumsel tidak perlu merisaukan soal biaya. Pada tahun 1962, dari dana rampasan perang Jepang PROYEK JEMBATAN MUSI ini mulai dibangun. Bukan hanya biaya, jembatan inipun menggunakan tenaga ahli dari negara tersebut.

Pada tahun 1965, jembatan ini selesai dikerjakan. Dan, sebagai bentuk penghargaan kepada Presiden Soekarno yang secara sungguh-sungguh memperjuangkan keinginan warga Palembang, untuk memiliki sebuah jembatan di atas Sungai Musi akhirnya jembatan ini diresmikan dengan nama JEMBATAN BUNG KARNO. Pada masa itu jembatan ini adalah Jembatan yang terpanjang di Asia tenggara. 





Pada tahun 1966, terjadi pergolakan politik di tanah air. Gerakan anti Soekarno yang keras pada masa itu berakhir dengan pergantian kepemimpin Soekarno membuat jembatan ini turut menjadi "korban". Pasca peristiwa tersebut, jembatan ini berganti nama menjadi JEMBATAN AMPERA (Amanat Penderitaan Rakyat).

Meskipun sepanjang "perjalanan hidupnya" JEMBATAN AMPERA ini memiliki beberapa nama lain, masyarakat Palembang dan Sumatera Selatan lebih suka menyebut jembatan ini dengan sebutan JERAMBA PROYEK atau PROYEK MUSI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Peristiwa

PUISI HIKAYAT

Hikayat tentang luka mendalam dari sebuah negeri petani yang bernama Pemulutan. Negeri yang dahulunya berjaya sebagai lumbung pangan, namun ...